SANJAY..... :)

Selamat berkarya untuk masa depan....sukses selalu...

Selasa, 14 Desember 2010

SMS Premium, Behind The Scene

Final AFI 1 (Akademi Fantasi Indosiar) berakhir mengecewakan bagi banyak pihak. Saat itu, pemenangnya yang notabene "minus talenta" bisa menang mutlak dari kandidat saingan yang performansi penampilannya secara obyektif lebih baik dari Sang Juara.
Indonesian Idol 1 juga tak lepas dari kontroversi. Bukan tentang Sang Juara Indonesian Idol 1, tapi runner-up nya. Runner up yang juga banyak dianggap kurang mumpuni bisa mengalahkan juara ke-tiga yang mempunyai suara "maut".
Banyak yang menganggap nilai sang runner-up terkatrol oleh penampilannya yang rupawan, suara nomor sekian. Final API 1 (Audisi Pelawak TPI) juga mengacaukan semua perkiraan. Grup lawak boyband "Bajaj" yang sebelumnya banyak disukai pemirsa (terutama cewe) karena tampang-tampang keren mereka secara mengejutkan dikalahkan dengan telak dan jadi runner-up oleh trio sunda SOS (yang memang jauh lebih lucu). Sementara anak-anak Uhamka dari Limau hanya puas menyabet juara tiga.
Tapi apakah benar begitu? Pemenang acara kontes-kontesan di TV tersebut menang hanya karena modal tampang menarik, sementara talenta utama sesuai topik kontes (menyanyi, menari, melawak dll) menjadi faktor nomor X yang bukan utama?
Mungkin iya, mungkin tidak karena penentu pemenang adalah para pemirsa acara kontes-kontes itu sendiri. Mereka cukup duduk manis di depan TV masing-masing, ngemil dengan cemilan favorit, mungkin sambil menyeruput secangkir kopi hangat sambil sibuk melakukan hal kecil yang menentukan nasib para kontestan. Memencet-mencet tombol ponselnya untuk mengirim pesan singkat yang kita kenal luas sebagai SMS (Short Message Service) ke 4 digit nomor khusus.
Dengan rata-rata menekan kurang dari 30 tombol ponsel (saya pakai ilustrasi mencetin tombol nokia 6680 saya :D), voting si pemirsa akan menentukan apakah sang kontestan harus pulang kampung atau terus ke babak selanjutnya. Atau malah menjadi juara kontes. Iya, semudah itu.
Lewat SMS pula, seorang pemakai ponsel dapat memperoleh berbagai informasi mulai dari informasi tak berguna seperti gosip artis hingga berita dia lulus UMPTN atau tidak. Mulai info hiburan jadwal bioskop hingga ringtone/wallpaper/games.
Tapi proses apakah yang sebenarnya terjadi di balik voting kontes, download ringtone, wallpaper ataupun acara lain yang mengharapkan pemirsanya untuk berpartisipasi dengan mengirimkan SMS tersebut? Saya akan mencoba mengulas singkat aspek teknis dari binis SMS Premium yang sedang marak sekitar 5 tahun ini di Indonesia.

Pihak Terkait
Kembali ke ... laptop. Nah mari kita ulas satu persatu. Secara garis besar ada 3 pihak yang terlibat dalam bisnis SMS Premium ini. Yang pertama adalah operator seluler (baik GSM maupun CDMA). Yang kedua adalah para pelanggan operator seluler tersebut. Yang ketiga adalah penyedia layanan, yang lebih dikenal sebagai Content Provider (CP).
Nah dari sini kita bisa mulai melihat benang merahnya. Pelanggan akan mengirimkan SMS (1) ke sebuah nomor khusus -shortnumber atau mungkin dikenal juga dengan ADN (Abbreviated Dialling Number). SMS tersebut kemudian akan diterima oleh SMS Center si operator. Selanjutnya oleh operator, SMS tersebut akan diteruskan ke CP (2). Operator sendiri dapat bertindak sebagai CP, namun biasanya bagian ini melibatkan pihak ke-tiga. Oleh CP, SMS tersebut akan diolah dan hasilnya akan dikembalikan ke operator (3). Operator kemudian akan meneruskan hasil proses CP tersebut menjadi SMS balasan bagi si pelanggan (4).


Tipe Layanan
Secara umum, tipe layanan berbasis SMS dikelompokkan menjadi dua yaitu SMS Pull dan SMS Push.
SMS Pull, subscriber akan mengirimkan kode-kode tertentu untuk meminta informasi/content dan dikirimkan ke ADN. Seperti proses yang telah saya jelaskan di atas, request SMS tersebut kemudian akan di proses oleh CP untuk kemudian hasilnya kirimkan kembali ke si subscriber. Yang biasa menggunakan model ini biasanya kuis, polling, atau information on demand (IOD) seperti info bioskop, lulus UMPTN, info jalan raya dan info sejenis lainnya.

SMS Push, informasi diberikan secara searah dari CP ke subscriber. Biasanya hal ini didahului dengan sebuah mekanisme pendaftaran. Misalkan untuk mendapatkan content harian berupa humor, nasihat, berita basi soal gosip dan lain sebagainya, kita diharuskan untuk daftar dengan mengetikkan perintah tertentu. Misalnya ketik "REG HUMOR" kirim ke XXXX. Selanjutnya, secara berkala CP akan mengirimkan secara rutin SMS ke subscriber tersebut. Tentu saja dengan tarif tertentu untuk SETIAP SMS yang diterima subscriber bersangkutan. Hal ini yang sering disalahgunakan oleh banyak oknum CP. Untuk berhenti berlangganan, ada perintah khusus lainnya yang harus diketikkan. Musalnya "UNREG HUMOR" kirim ke XXXX. Pada kenyataan, banyak proses UNREG yang "gagal" sehingga CP tetap mengirimkan content dan tentu saja credit kita (baca: pulsa) akan terus berkurang tiap kali kita menerima SMS tersebut.

Kesimpulannya, SMS PULL adalah sistem pengiriman SMS dari CP berdasarkan user request. Sedangkan SMS PUSH adalah pengiriman SMS Premium ke user tanpa request user karena user tersebut sudah berlangganan.

Tarif
Tarif ada 2 macam:
MO (Mobile Originating) Tariff, tarif akan langsung dikenakan begitu kita mengirimkan SMS. Dapat balasan content yang kita inginkan maupun tidak kita telah membayar di muka. Contoh layanan ini adalah kuis-kuis kontes di TV seperti AFI, API, KDI, Indonesian Idol dan sejenisnya. Keuntungannya, subscriber membayar sesuai dengan yang dinginkannya. Jika dia ingin memberikan 5 suara untuk seorang kontestan, dia cukup mengirimkan 5 SMS. Kerugiannya, jika dia tidak menerima balasan (misalnya PIN, atau info jadwal kereta) duit sudah keburu keluar dari casing ponselnya :P (kan ga buka dompet...)

MT (Mobile Terminating) Tariff, tarif akan dikenakan begitu SMS balasan diterima oleh ponsel kita. Saat SMSC operator mengirimkan data content dari CP untuk subscribernya, dia mampu mendeteksi apakah SMS tersebut sudah diterima atau belum. Saat SMS sudah diterima subscriber, SMSC akan memberikan notifikasi ke SMS Gateway untuk melakukan proses pentarifan/charging.

Secara teknis, metode ini lebih menguntukan untuk subscriber karena kalo dia tidak mendapatkan content yang diminta, dia tidak perlu bayar. Di sisi lain, model tarif ini banyak digunakan untuk content-content yang sifatnya berlangganan. Seperti contoh di atas, A ingin berlangganan content gosip artis karena sesuai iklan "katanya" dia akan dapat balasan langsung dari ponsel si artis. A kemudian mengirimkan kode "REG GOSIP" ke nomor XYZQ misalnya. Kemudian setiap hari CP XYZQ akan mengirimkan berita gosip tersebut ke ponsel si A. Dan tentu saja setiap kali menerima SMS content, si A akan dikenakan biaya sebesar sekian rupiah.

Interkoneksi Operator - Content Provider
Operator seluler dan CP rata-rata menggunakan infrastruktur TCP/IP untuk melakukan interkoneksi data SMS. Metode yang banyak digunakan biasanya adalah HTTP/HTTPS, SMPP, Socket Session. Dari pengamatan penulis, HTTP/HTTPS banyak digunakan baik di Indonesia maupun di luar negeri karena kemudahan untuk pengembangan aplikasi. Operator dan CP cukup menyediakan satu atau beberapa web server yang mampu menangani trafik sangat tinggi dengan full customized serta full tunning mulai dari sistem operasi hingga web servernya itu sendiri.
SMPP dan Socket session sendiri pada dasarnya adalah sama. Yang membedakan adalah untuk socket session biasa, format data maupun metode komunikasinya tidak ada yang baku antara operator dengan CP. Jadi bisa saja untuk satu content yang sama, sebuah CP dapat menggunakan format data yang berbeda untuk tiap-tiap operator seluler yang menjalin kerja sama dengannya. Short Message Peer to Peer (SMPP) protocol adalah sebuah protokol standar industri yang bersifat terbuka yang memang didesain menjadi sebuah antarmuka yang fleksibel untuk pertukaran data short message (tidak hanya SMS) antara Message Center (seperti SMSC, USSD Server atau Message Center lainnya) dengan sistem aplikasi SMS seperti WAP Proxy Server, Email Gateway serta Messaging gateway lainnya.

Perkembangan Bisnis
Walau sudah dimulai sejak awal 2000, namun bisnis SMS Premium ini baru mulai booming sekitar 4 tahun terakhir. Pangsa pasar sebenarnya cukup besar atau mungkin malah sangat besar, lho. Tahun 2007 saja diperkirakan pelanggan seluler Indonesia akan mencapai angka 80 juta. Pada tahun 2010, total pelanggan akan berkisar pada angka 100-120juta. Angka penetrasi seluler sendiri di Indonesia baru 22% dari total populasi. Selain prospek keuntungan yang menggiurkan, secara teknis seperti yang saya gambarkan di atas bikin backend CP itu mudah kok :)
Sebagai gambaran, pada final AFI 1 diperkirakan ada sekitar 2.5 juta SMS yang terkirim hanya dalam waktu 3 jam. Saya memonitor sekitar 50%nya dan hal itu cukup membuat console FreeBSD dan Solaris saya “memutih” sewaktu melakukan tail –f log file :P Nah jika satu SMS dihargai Rp. 2000 (ex PPN) maka pendapatan kotor selama 3 jam itu ada 2.5jt x 2000 = 5M. Katakanlah bagi hasilnya 50%-50%, maka si CP udah mendapatkan pemasukan 2.5M hanya dalam 3jam.
Bagai jamur di musim hujan, bermunculanlah usaha Content Provider dari bebagai kelas. Mulai kelas profesional yang serius dan bermodal gede hingga kelas "ecek-ecek" yang sekedar meramaikan saja. Namun lama-kelamaan, jumlah CP seperti ini makin banyak dan membuat gerah operator. Mereka mungkin berpikir dengan mudahnya setup backend, mereka bisa menjalin kerja sama dengan operator seluler dan mendapatkan ADN khusus.. Bagaimana tidak, ADN banyak yang dipakai oleh CP-CP tersebut (apalagi nomor cantik) sementara pemasukan bisa dibilang tidak ada. Belum lagi ternyata system CP tersebut masuk kelas "ecek-ecek" juga, baru kena trafik naik dikit, langsung tewas dan menimbulkan komplain bagi operator dari para pelanggannya.
Operator kemudian mulai berhati-hati dalam menerima kerja sama dari CP-CP baik yang baru maupun yang lama yang ingin memperpanjang kontrak kerjasama. Rata-rata operator sekarang menerapkan kuota pendapatan minimal (biasanya bulanan) untuk setiap ADN yang dimiliki oleh CP. Jika CP tidak mencapai target kuota bulanan dalam satu periode waktu, maka kontrak kerjasamanya akan ditinjau ulang. CP tersebut dapat dicabut haknya untuk tidak dapat memakai ADN sendiri, sebagai gantinya dia akan menggunakan satu ADN khusus bersama-sama dengan CP lain bertrafik rendah. Kemungkinan lain adalah diputusnya kontrak kerjasama antara Operator dengan CP bersangkutan.
Sebagai akibat kebijaksaan ini, hukum siapa yang kuat dia yang bertahan mulai berlaku. Terlihatlah CP-CP "ecek-ecek" tadi pada rontok. Mereka banyak yang tidak bisa memenuhi target sama. Bagi yang pandai, mereka akan berafiliasi dengan CP besar untuk menjadi pemasok/penyedia content bagi CP besar tersebut.
CP-CP besar yang tetap eksis hingga saat ini dikarenakan mereka mempunyai konten yang beragam serta program-program yang menarik. Mereka tidak dapat pasif begitu saja, tapi harus aktif dan kreatif. Mereka harus dapat menciptakan program-program yang mampu menghasilkan trafik SMS yang berarti pemasukan bagi mereka. Jadi tim kreatif serta usaha marketing adalah faktor mutlak yang harus ada dan dimilik oleh setiap CP. Dan tentunya biaya marketing bisa berkali lipat lebih besar dari pada biasa operasional teknisnya. CP harus beriklan, mempromosikan programnya dan lain sebagainya. CP besar yang ada biasanya mempunyai kontrak kerja tetap dengan media masa terutama TV. Contohnya Visitel dengan Indosiar, Infokom dengan MNC grup (RCTI, TPI, Global)
Nah demikian ulasan singkat mengenai sisi teknis dari bisnis premium.***(Kidy)
Catatan:
ADN = Abbreviated Dialling Number
CP = Content Provider
HTTP = HyperText Transfer Protocol
HTTS = HTTP Secure (over SSL)
SMPP = Short Message Peer to Peer
SMS = Short Message Service
SMSC = Short Message Service Centre (SMSC)
USSD = Unstructured Supplementary Services Data (USSD)
WAP = Wireless Access Protocol
Posted on February 9, 2007 6:00 AM | Permalink

Tidak ada komentar:

Posting Komentar